SEJARAH SINGKAT KHULAFAUR RASYIDIN/KHALIFAH
Khulafaur Rasyidin adalah para
kholifah yang arif bijaksana. Mereka adalah keempat sahabat yang terpilih
menjadi pemimpin kaum muslim setelah Nabi Muhammad SAW. wafat.
Keempat kholifah tersebut ialah:
- Abu Bakar Ash-Shiddiq ra.;
- Umar bin Kaththab ra.;
- Utsman bin Affan ra.; dan
- Ali bin Abi Thalib ra
Keempat kholifah itu selain berhasil
melanjutkan perjuangan Rasulullah saw. menegakkan ajaran tauhid, juga sukses
memperluas penyebaran dan mengharumkan nama Islam. Berikut ini kami uraikan
sekelumit riwayat hidup dan jasa keempat kholifah tersebut.
Nama aslinya adalah Abdul Ka’bah.
Lalu Nabi Muhammad saw. mengganti namanya dengan Abdullah. Lengkapnya Abdullah
bin Abi Quhafah at-Tamimi. Ia terlahir dari pasangan Usman (Abu Quhafah) bin
Amir dan Ummu Khoir Salma binti Sakhr, yang berasal dari suku Taim, suku yang
melahirkan tokoh-tokoh terhomat.
Sejak kecil ia terkenal sebagai anak
yang baik. Perilakunya yang lemah-lembut, jujur, dan sabar, membuatnya
disenangi masyarakat. Karena sifat-sifatnya yang mulia itulah sejak masa
remajanya ia sudah bersahabat dengan Nabi Muhammad saw.
Ia dilahirkan dua tahun satu bulan
setelah kelahiran Nabi Muhammad saw. kemudian terkenal dengan julukan Abu
Bakar, sedangkan gelar Shiddiq diberikan oleh para sahabat, karena ia sangat
membenarkan Rosulullah saw. dalam segala hal. Ialah yang menemani Nabi Muhammad
saw. di gua Hira, dan yang pertama kali memeluk Islam dari kalangan orang tua
terhormat. Tentang Abu Bakar ra., Rasulullah saw. bersabda, “Sungguh orang yang
paling dekat kepadaku persahabatan dan hartanya, ialah Abu Bakar. Andaikata aku
boleh memilih ternan di antara umnatku, rnaka akan kupilih Abu Bakar. Tetapi
kecintaan dan persaudaraan dalarn Islam cukup memadai. Tidak satu pun pintu
dalarn rnasjid yang terbuka kecuali pintu Abu Bakar”. (HR. Bukhori) Sampai saat
ini di masjid Madinah masih ada sebuah pintu yang disebut pintu Abu Bakar ra.
Yakni pintu yang selalu beliau lalui semasa hidupnya jika masuk ke masjid
melalui rumah beliau.
Todaklah mengherankan jika sewaktu
Nabi saw sakit, ia dipercaya oleh para sahabat menjadi Imam sholat. Juga
pantaslah apabila kaum muslimin kemudian memilihnya sebagai kholifah/pemimpin
setelah Rosulullah saw. wafat.
Keagungan kepribadian Abu Bakar
dapat disimak dari penggalan-penggalan pidatonya ketika dilantik menjadi
kholifah, antara lain beliau katakan, “Saya bukan orang yang terbaik di antara
kalian, tetapi saya akan memelihara amanah yang telah kalian serahkan kepada
saya. Kalau saya mengikuti ajaran Allah SWT dan petunjuk Rasul-Nya, maka
ikutilah saya. Sebaliknya jika saya menyimpang, luruskanlah (koreksilah) saya.
Kebenaran adalah kejujuran, dan kebohongan adalah ketidakjujuran. Orang yang
paling kuat dalam pandangan saya, adalah orang-orang yang lemah di antara
kalian oleh sebab itu saya akan menjamin hak-hak mereka. Dan orang-orang yang
paling lemah dalam pandangan saya, adalah orang-orang yang kuat di antara
kalian, dan saya akan mengambil sebagian dari hak-hak mereka (zakatnya).”
Program pertama yang dicanangkan Abu
Bakar setelah ia menjadi kholifah, adalah meredam pemberontakan, memerangi
orang-orang yang membangkang tidak mau membayar zakat, orang-orang murtad yang
saat itu terjadi di mana-mana dan menimbulkan kekacauan. Sepeninggal Muhammad
Rosulullah saw., memang banyak umat Islam yang kembali memeluk agamanya semula.
Mereka merasa berhak berbuat sekehendak hati. Bahkan lebih tragis lagi muncul
orang-orang yang mengaku nabi, antara lain Musallamah Al-Kadzdzab, Tulaiha
Al-Asadi, dan Al Aswad Al Ansi.
Untuk meluruskan akidah orang-orang
murtad tersebut, Abu Bakar mengirim sebelas pasukan perang ke sebelas daerah
tujuan, di antaranya pasukan Kholid b’ Walid ditugaskan menundukan Thulaiha Al
Asadi, Pasukan Amer bin Ash ditugaskan di Qudho’ah, Suwaid bin Muqrim
ditugaskan ke Yaman, dan Kholid bin Said ditugaskan Syam.
Program Abu Bakar selanjutnya,
memproyekkan pengumpulan dan penulisan ayat-ayat Al Qur-an. Progran ini
dicanangkan atas usulan Umar bin Khoththob sedangkan pelaksanaannya di
percayakan kepada Zaid b’ Tsabit.
Pengumpulan dan penulisan ayat-ayat
Al Qur-an itu dilakukan dengan pertimbangan:
- Banyak sahabat yang hafal Al Qur-an gugur dalsm perang penumpasan orang-orang murtad;
- Ayat-ayat Al Qur-an yang ditulis pada kulit-kulit kurma, batu-batu dan kayu-kayu sudah banyak yang rusak sehingga perlu dilakukan usaha penyelamatan;
- Penulisan ayat-ayat Al Qur-an dan membukukannya ini bertujuan agar dapat dijadikan pedoman bagi umat Islam sepanjang zaman.
Semasa pemerintahannya, Abu Bakar
juga berhasil memperluas daerah dakwah Islamiyah, antara lain ke Irak yang
ketika itu termasuk wilayah jajahan Kerajaan Persia, dan ke Syam yang di bawah
jajahan Romawi.
Setelah memerintah selama dua tahun,
Abu Bakar berpulang ke Rahmatullah pada tanggal 23 Jumadil Akhir 13H dalam usia
63 tahun dan dimakamkan dekat makam Rasulullah saw. Beliau dikenal oleh para
sahabat sebagai kholifah yang sangat
taat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya serta berbudi luhur.
B. Umar bin Khatthab (13-23
H/634-644 M)
Ia lebih muda tiga belas tahun dari
Nabi Muhammad saw. Sejak kedl ia sudah terkenal cerdas dan pemberani. Tidak
pernah takut menyatakan kebenaran di hadapan siapapun. Tidaklah mengherankan
jika setelah Umar memeluk Islam, barisan kaum muslimin ditakuti oleh orang
kafir Quraisy. Ia yang sebelum memeluk Islam paling berani menentang Islam,
setelah memeluk Islam paling berani menghadapi musuh-musuh Islam. Kemudian
terkenalah Umar sebagai “Singa Padang Pasir” yang sangat disegani.
Umar memiliki kepribadian yang
sangat kuat, dan tegas memperjuangkan kebenaran. Oleh karena itu masyarakat
menggelarinya Al Faruq, artinya yang dengan tegas membedakan yang benar dan
yang salah. Sedemikian gigih Umar dalam menegakkan syari’at Islam, sehingga
Abdullah bin Mas’ud mengatakan, “Sejak Islamnya Umar kami merasa mulia.” (H.R.
Bukhori)
Mengenai kualitas keimanannya,
diungkapkan dalam sebuah hadits. Muhammad Rosulullah saw. bersabda, “Ketika
sedang tidur, aku bermimpi melihat orang-orang yang memakai gamis. Ada yang
gamisnya menutupi dada dan ada pula yang kurang dari itu. Lalu diperlihatkan
kepadaku Umar bin Khoththob mengenakan gamis yang panjang sehingga ia berjalan
dengan menyeretnya.” Seseorang bertanya, “Ya Rosulullah, apakah takwilnya?” Nabi
saw. menerangkan, “Kualitas keimanannya.” (HR. Bukhori dan Muslim dari Abu
Sa’id Al Khudri ra.)
Dalam pidato pelantikannya, Umar
menyampaikan, antara lain: “Saya adalah seorang pengikut Sunnah Rasul, bukan
seorang yang berbuat bid’ah. Ketahuilah, bahwa kalian berhak menuntut saya
tentang tiga hal selain Kitab Allah dan Sunnah Nabi, yakni:
- Mengikuti apa yang telah dilakukan oleh orang sebelum saya dalam masalah yang telah kalian sepakati dan telah kalian tradisikan;
- Membuat kebiasaan baru yang baik bagi ahli kebajik dalam masalah yang belum kalian jadikan kebiasa dan
- Mencegah saya bertindak atas kalian kecuali dalam hal hal yang kalian sendiri penyebabnya.
Pada masa pemerintahan Khalifah
Umar, wilayah Islam semakin meluas sampai ke Mesir, Irak, Syam, dan negeri-negeri
Persia lainnya. Umarlah yang pertama kali membentuk badan kehakiman dan
menyempurnakan pemerintahan. Juga meneruskan usaha Abu Bakar dalam membukukan
Al Qur-an.
Kholifah Umar wafat pada usia 63
tahun setelah memerintah selama sepuluh tahun enam bulan. Ia wafat oleh tikaman
pedang Abu Lu’lu’ah, seorang budak milik Al-Mughiroh bin Syu’bah saat sholat
subuh. Ia diimakamkan di rumah ‘Aisyah, dekat makam Abu Bakar. Ia dikenang oleh
umat Islam sebagai pahlawan yang sangat sederhana, sportif, dan menyayangi
rakyat kecil. Kata katanya yang sangat terkenal, “Siapa yang melihat pada
diriku membelok, maka hendaklah ia meluruskannya.”
Jasa-jasa Umar sewaktu menjadi
Kholifah, antara lain :
- Penetapan tahun Hijriyah sebagai tahun resmi;
- Bea cukai sebagai pendapatan negara;
- Tunjangan sosial bagi orang-orang miskin di kalangan Yahudi dan Kristen;
- Pembangunan kota-kota dan saluran air untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya;
- Pemberian gaji bagi imam dan muazin;
- Penghapusan perbudakan;
- Pembangunan sekolah-sekolah;
- Kodifikasi Al-Quran;
- Tradisi sholat tarawih berjamaah;
C. Utsman bin Affan ra. (23-35
H/644-656 M)
Ia seorang saudagar kaya-raya, dan
salah seorang penulis wahyu yang terkenal. Usianya lima tahun lebih muda dari
Nabi Muhammad saw. Sejak muda Utsman dikenal sebagai seorang pendiam, dan
memiliki budi pekerti yang terpuji. lalah yang membeli sumur Roumah untuk
dijadikan sumur umum. Sedemikian banyak amal kebajikannya, sehingga masyarakat
menggelarinya “Ghoniyyun Syakir” (orang kaya yang banyak bersyukur kepada Allah
SWT)
Abdurrohman bin Samuroh ra.
mengungkapkan, Utsman bin Affan datang menemui Rosulullah saw. dengan membawa
uang sebanyak seribu dinar yang dibungkus pakaiannya. Kala itu beliau sedang
mempersiapkan u’sroh (Pasukan dalam Perang Tabuk). Usai menerima sumbangan dari
Ustman bin Affan ra. untuk jihad fisabilillah, Rasulullah saw. bersabda, “Tidak
ada yang merugikan ibnu Affan atas apa yang dilakukannya setelah hari ini.”
Beliau mengulangi ucapan tersebut beberapa kali. (HR. Ahmad, dan Tirmidzi)
Sekalipun kaya-raya, Utsman tidak
pernah menjaga jarak dengan masyarakat kelas bawah, bahkan ia tidak
segan-segann untuk turut serta berperang. Karena kebaikannya itulah, ia
dinikahkan dengan putri Nabi bernama Ruqoyyah. Setelah Ruqoiyah meninggal dunia,
ia dikawinkan dengan putri Nabi lagi bernama Ummu Kultsum. Oleh sebab itu
masyarakat menggelarinya “Dzun Nurain” (yang mempunyai dua cahaya)
Langkah-langkah yang dilakukan oleh
Khalifah Utsman ra., adalah mengganti gubernur-gubernur negara taklukan Islam
yang ingin memisahkan diri setelah Umar wafat. Kemudian Ia memperbanyak naskah
Al Qur-an yan sudah dibukukan menjadi tujuh eksemplar yang antara lain dikirim
ke Syam, Yaman, Bahrain, Basroh, dan Kufah.
Utsman wafat pada usia 82 tahun,
setelah memerintah selama 12 tahun. Ia menemui ajal saat membaca Al Quran oleh
tikaman pedang Humron bin Sudan. Jasa Utsman terbesar adalah memelihara Al
Qur-an sebagaimana yang tersebar sekarang ini.
D. Ali bin Abu Tholib ra. (35-40
H/656-661 M)
Ia adalah putra Abu Tholib, paman
Nabi Muhammad saw. Sebagai sepupu yang usianya 32 tahun lebih muda,
memungkinkan Ali diasuh langsung oleh Nabi Muhammad saw. Tidaklah megherankan
jika dari golongan anak-anak yang pertama memeluk Islam adalah Ali. Pantaslah
jika pengetahuan Ali tentang Islam sangat luas, dan sangat teguh memegang
ajaran Islam.
Sejak masa pemerintahan Khalifah Ali
inilah, Islam mulai mengalami kemunduran. Bermula dari banyaknya pihak yang
menuntut dendam atas terbunuhnya Utsman bin Affan ra., terutama dari golongan
Bani Umaiyyah dari kelompok ‘Aisyah ra., janda Nabi Muhammad saw. Suasana
tersebut semakin memanas dengan adanya kebijaksanaan Khalifah Ali mengganti
sebagian besar pejabat pemerintah yang telah diangkat oleh Utsman.
Setelah usaha menenangkan banyak golongan
yang menuntut balas atas kematian Utsman dengan jalan damai tidak berhasil,
maka ditempuhlah dengan peperangan. Pertama terjadilah Perang Waq’atul Jamali
(penamaan tersebut karena ‘Aisyah bersama pasukannya mengendarai unta) atau
peperangan unta. Kedua, Perang Shiffin atau peperangan unta antara pasukan
Khalifah Ali dan pasukan ‘Aisyah. Perang saudara ini terjadi pada tahun 36
H/657 M, akibat hasutan Abdullah bin Saba. Perang ini dimenangkan oleh pasukan
Ali. Setelah diberi penjelasan tentang duduk perkara yang sebenarnya, ‘Aisyah
dikembalikan
asssalamu alaikum wr.wb..mohon izin cipas gan,,syukron sebelumnya..
ReplyDelete